Jumat, 22 Maret 2013

Positive Thinking dan Bertindak Sistematis - KOMUNITAS PENULIS FIKSI SASTRA INDONESIA


Menulis adalah kegiatan yang tidak pernah berhenti menafsirkan tanda demi tanda yang dijumpai penulis di alam kehidupannya, menulis merupakan perefleksian kehidupan nyata ke dalam kehidupan fiksi melalui kemampuan imajinasi demi tercipta satu karya utuh bernilai estetika. Tema merupakan unsur pokok dalam cerpen. Jika sebuah cerita rekaan diibaratkan rumah, maka tema adalah tiangnya, karena tema merupakan unsur yang sangat vital dan mendasar.

Tema akan erat kaitannya dengan amanat cerita. Dan jika diibaratkan suatu proses produksi, tema merupakan bahan input sementara amanat adalah keluaran atau output produksi. Tema A, tentu akan menghasilkan amanat “perbuatan tentang A”. Misalkan begini, tema persahabatan; maka amanat yang terdapat dalam cerita tesebut tentu tidak jauh dari wacana persahabatan taruhlah misalnya amanat yang dimunculkan adalah “dalam menjalin persahabatan sebaiknya tidak memandang status ekonomi.”

Bagi para penulis, mulai sekarang perhatikanlah tanggal-tanggal atau event penting. Ada beberapa media yang dengan sengaja mencari cerpen untuk di-publish yang temanya update. Sebutlah sekarang mendekati bulan Desember. Pada bulan ini, ada peringatan hari HIV/AIDS sedunia, ada hari besar Natal, juga pengalihan tahun di ujung bulan. Adalah saat yang tepat menulis cerita tentang tema-tema seperti ini, karena momennya juga tepat. Atau misalnya lagi bulan-bulan Februari, maka beramai-ramailah menulis cerpen bertemakan valentine. Berkreasi, dan berinovasilah dengan bekal tema ini, mainkah imajinasi Kawan-kawan untuk menciptakan cerpen yang “asyik” dengan mengusung tema valentine.

Beberapa media, terutama majalah remaja, memang sangat memperhatikan momen-momen update seperti ini, dan tentu imbasnya akan memperhatikan cerpen yang masuk juga, yang mana yang tematis dengan situasi ter-update saat ini itulah yang “dimenangkan”. Yang perlu diingat adalah, jangan mengirimkan cerpen tepat di hari H. Minimal sekali kita sudah harus mengirimkan cerpen tematis ini sebulan sebelum hari penting tersebut. Sebab jika kita terlambat, tentu ada kemungkinan sang redaktur telah mendapatkan cerpen dengan tema yang sama dengan kita. Maka kirimlah cerpen tematis Natal, misalnya, dua atau tiga bulan sebelum perayaan natal. Kirimlah cerpen valentine dua atau tiga bulan sebelum tepat jatuh hari perayaan valentine. Sehingga begitu hari penting itu tiba, majalah atau koran yang diterbitkan bisa menyuguhkan cerpen dengan tema update pada hari itu.

Dari kesekian banyak cerpen yang masuk ke meja redaksi, saya yakin, cerpen yang temanya sesuai dengan “jamannya” sudah mengantongi 50 % kemungkinan dimuat. Nah, tinggal persentase yang lainnya diisi kemungkinan-kemungkinan lain seperti: judul, amanat yang ingin disampaikan, penggunaan bahasa dalam cerpen, alur, dan nilai-nilai estetika lain yang membangun cerpen tersebut. Anehnya, fenomena ini juga sedang “meracuni” industri FTV kita.

Namun meskipun begitu, tidak semua media memperhatikan situasi seperti ini. Ada juga majalah atau media yang sama sekali tidak memperhatikan situasi seperti ini, asalkan cerpen yang dikirim ditulis oleh nama kondang atau sudah sering menclok di media, maka tanpa ragu lagi tanpa memperhatikan isu ter-update dewan redaktur akan memuat karya tersebut.

Ya sudahlah, jangan berkecil hati bagi para penulis muda. Banyak jalan menuju Roma maksudnya. Tidak dimuat sekarang, barangkali esok atau lusa, yang pasti harus menjadikan ini sebagai pemicu diri untuk selalu berkaca pada diri sendiri, “seburuk apakah cerpen saya? Kenapa sampai detik ini belum ada yang dimuat?” Berpikir positif saja, dan jangan melulu menyalahkan sang redaktur. Sebab, tidak akan pernah lahir sastrawan sehebat Andrea Hirata jika memang para redaksi hanya dan hanya mementingkan nama besar, sementara kita tahu sendiri kemunculan novelis kelahiran Belitong ini sangatlah supermendadak, dan supercepat terkenal.

Akhirnya, tanpa harus menyalahkan dominasi redaktur selama ini, harus diakui oleh penulis muda bahwa mereka belum menguasai “trik-trik” berkirim karya ke media. Salah satunya trik ini. Masih banyak trik-trik yang lain, yang tentu tidak sempat dibahas pada kesempatan kali ini. Satu yang jelas, menulis juga berarti memperhatikan kondisi, situasi, lingkungan, isu, dan masyarakat di sekitar kita.

Sabtu, 02 Maret 2013

Paras Mahameru


Paras Mahameru

Saat surya mulai menyusup
Mengoyak gelap
Alam mulai berbisik riuh redam
Menghasut untuk berlari dari dunia kelam

Sementara bunga-bunga semerbak
Gunung impian itu mengamuk
Sementara pelupuk mata menahan tangis
Langit kian menabur gerimis

Keindahan jangan ditanya
Apalagi kedamaian
Juga ketentraman
Dan jangan cari hiruk-pikuk kota

Bertengger gagah di lautan Edelweis
Tercermin indah di bening wajah Ranu Kumbolo
Menembus langit Jawa, merasuk bumi Pertiwi
Di dekap indahnya kasih semesta

Angin menderu, membelai kalbu
Embun tak juga kembali ke kahyangan
Goresan alam kian melukai jiwa
Semangatnya berderai tak henti

Tetesan anugerah Sang Kuasa membasahi
Tak kunjung hilang terbakar terik
Semilir cinta –Nya menarik
Jatuh dalam lembah nikmat Ilahi

Saat ia mulai berontak, menguak segala
Mengumbar keindahannya
Menyaksikan dunianya
Terpuruk di tepian jurang hampa

Parasnya yang cantik rupawan
Elok seelok-eloknya
Apakah kau berbicara tentang Tuhan?
Omong kosong jika kau berkata tidak!