Kamis, 29 Agustus 2013

Menunggu Abu


Menunggu Abu

Wherever you go,
            Whatever you do,
            I will be right here waiting for you
(Richard Marx – I Will Be Right Here Waiting For You)
Aku benar-benar telah menghabiskan waktu untuk menunggu. Bukan untuk apa-apa, bukan untuk siapa-siapa: hanya kamu sebagai alasan semua ini. Untuk segala pedih perih hati dihunjam kenyataan bahwa kamu tidak lagi seperti dulu. Tidak lagi merangkai serampai warna di lelangitku, tidak lagi bersamaku mencari-cari duka –karena kita hanya mengenal suka-, tidak lagi mempesona untukku; sendiri. Tapi juga untuk dia, wanita yang mendominasi sketsa di lembaran kanvas hidupmu.

Sepi itu tak berlisan, tak bertelinga
            Hanya menyesap sedihnya
            Membalas, menyalahi pun jadi tanpa
            Aku berteman baik dengan sepi. Sepi yang selama ini menjadi satu-satunya yang mengisi hatiku, ia menantimu yang tak kunjung layangkan kabar. Bersama sepi kubagi segala cerita tentang senyummu yang manis, tentang sorotmu yang magis dengan bahasa kami, dengan tatapan mesra tanpa sebuah asa akan bersua karena kami memang hidup bersama. Iya, aku mulai sedikit gila; karenamu.

            Di balik hangat, hujanmu turun
            Perlahan, namun kian mendekap pelan
            Kau datang, mewujud genangan—kenangan
            Lagi, kamu benar-benar menguji cintaku akan diberikan pada sesiapa, padahal jawabnya hanya satu: kamu. Begini, kuceritakan padamu tentang Putri Tidur: ia hanya diam, tidur bak sepanjang hari adalah malam, tapi di penghujung kisah lelakinya datang dengan segenap rasa yang bersiap untuk diakui. Ini yang kuyakini! Diam menunggumu untuk datang. Sang Maha Cinta menciptakan kita berpasang-pasangan, dan aku hanya ingin berpasangan denganmu. Bukan sepasang kepingan cerita lalu yang harus dilupakan.

            Sekarang, biarlah kau mencari jati diri
            Ketika telah kau temui
            Semoga: kau belum mengikat janji
            Aku mencintaimu. Hanya cinta. Cinta yang membuatku tak hanya inginkan kamu sebagai arang, karena akan kucintaimu hingga jadi abu. Hingga aku mengabu menunggu.

-Aku, yang (akan lelah) menunggumu
Tiara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar