Selasa, 04 Juni 2013

Ada Cinta Di Setiap Bulirnya



Jemariku masih belum juga letih, merajut kata demi kata yang saling bertautan melukis makna. Betapa curahan jiwa dan torehan pena saling bersinergi, menciptakan serangkaian kisah tersendiri di bilik impian yang tersembunyi. 

What makes you so beautiful
Is you don’t know how beautiful you are, to me
You’re not trying to be perfect, nobody’s perfect
But you’re to me
(Justin Bieber ft. Carly Rae Jepsen – Beautiful)

Lantunan lagu merdu terdengar jelas olehku melalui earphone. Ah. Lagu ini mengingatkanku tentangmu. Dulu, kau pernah satu kali menyanyikan lagu ini untukku, dengan petikan gitar yang menyatu bersama diriku, dan senyummu yang selalu membuat rasaku mencair.

Aku tak tahu mengapa kau pergi dari hidupku secepat ini, gerimis hari itu mengantarkannya. Dan membuat hatiku semakin hancur. Mungkin ini klise, terlalu sering menjadi cerita dalam drama-drama, walau aku tak pernah menontonnya kutahu itu dari cerita teman-temanku. Tapi ini berbeda, ini terjadi untuk pertama kalinya, bagiku.

“Sempurna!” aku sumringah. Selesai sudah aku membuat puisi ini untukmu. Aku tahu kau tak lagi mampu membaca puisi ini, tapi aku yakin, kau bahagia.
 
       Segera kusibak kain penutup jendela kamarku, masih kulihat embun yang semalam menginap di jendelaku. Mentari tampaknya belum tega mengusir mereka, sementara dedaunan terlihat lebih cantik dengan bulir-bulir yang berada di permukaannya. Kutahu sejak tadi embun-embun itu telah mempersiapkan diri untuk pergi kalau-kalau diusir Si Bola Raksasa, mungkin mereka akan kembali ke kahyangan, atau meluncur ke tanah membantu para tumbuhan berfotosintesis.

            Aku segera bergegas untuk menemuimu pagi ini, sudah tiga hari aku tak datang ke tempatmu. Hujan malam tadi telah menyampaikan pesan darimu, mereka bilang, kau merindukanku. Satu lagi, mereka menambahkan, senyumku itu indah. Benarkah? Kau setuju jika mereka bilang senyumku indah? Kalau kau menjawab iya, aku akan berjanji padamu untuk selalu tersenyum. Mungkin aku akan menyirami sabit di wajahku ini dengan cairan pengawet agar ia tetap ada selamanya. Tapi kurasa itu berlebihan, karena dengan kau bersamaku, aku akan selalu mengukir lengkung pelangi di bibirku.

            Pantas saja bulir-bulir embun itu masih belum pergi, ternyata langit mendung, mungkin ia juga merasakan hal yang sama denganku. Merindu. Kau tahu, aku telah lama menantikan hari seperti ini. Hari dimana aku tak harus pergi ke kampus, saat aku tak dipaksa Mama untuk menemaninya ke butik.

            Kupikir kau harus tahu ini, aku libur selama tiga bulan. Biasanya kau menemaniku menghabiskan libur panjang sehabis final seperti saat ini, walau kita hanya menikmatinya dengan menonton pertunjukan ribuan tetes dari langit yang terhempas ke pelataran, kita hanya menontonnya di atas balkon rumahku.

            Sejak tadi Mama telah memanggilku untuk menikmati sarapanku pagi ini, tetapi aku masih terlalu fokus dengan foto dalam genggam. Foto yang mengabadikan dua orang manusia yang kala itu kuketahui sedang dilanda asmara, Dua pasang tangan yang tak ada sedikit pun sela diantara jemarinya. Jari-jari yang saling bertautan dan rupa yang dihias sabit, kupajang indah di kamarku dengan bingkai berwarna merah. Manis sekali.
            If I could take away the pain
            And put a smile on your face
            Baby I would, Baby I would
            (Justin Bieber – I Would)

            Dulu, itu lagu yang sering kau nyanyikan untukku dengan petikan dawai-dawai cintamu. Aku biru seketika setiap mendengar lagu itu, aku merindu. Andai kau bisa kembali bersamaku disini, aku akan meminta kau melantunkan lagu itu, lagi. Karena itu tak mungkin, aku yang akan bernyanyi untukmu. Bukan lagu-lagu tentang cinta seperti yang selalu kau dendangkan untukku, tidak untuk lagu yang biasa mengalir di sela-sela kebersamaan kita. Tapi ayat-ayat suci dari Allah-ku, ia telah berjanji padaku untuk menjagamu disana. Dan aku, akan merapal namamu di setiap do’aku, akan kutitipkan cinta pada bulir-bulir hujan yang kala itu membawamu pergi untuk menemanimu terbaring di bawah salib Tuhan-mu.

-Aku yang tak henti merindu
Tiara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar