Selasa, 04 Juni 2013

Salam Rinduku



Hai! Apa kabar?

Kuharap kau menjawabnya iya. Kita sungguh telah lama tak bertemu. Apakah kau merindukanku seperti rindu yang kurasa? Kau sibuk? Disini aku sibuk dengan cerita-cerita orang tentangmu. Aku sangat merindukanmu, walau aku tak tahu benar siapa kau sebenarnya.

Seandainya kau ada disini bersamaku, aku pasti tak akan sendiri. Suatu kali aku pernah melihat sang bintang terlepas dari permadaninya, lalu jatuh. Disaat itu, aku membuat permohonan agar aku bisa bertemu denganmu. Tapi sampai sekarang aku bahkan tak tahu seperti apa wujudmu.

Kau tahu, bulir-bulir yang tak mampu lagi dibendung pelupukku sering terjatuh karena merindukanmu. Tak hanya itu, hatiku selalu hampa tanpa sosokmu. Kalau rinduku telah di puncak seperti saat ini, aku biasanya asik sendiri dengan pena yang merangkai aksara demi aksara yang saling bersinergi, mencoba khayalkan bagaimana dirimu. Atau aku akan memaksa teman-temanku untuk bercerita apa saja tentang orang lain yang dalam pikirku hampir sama sepertimu.

16 April 2004 adalah saat terakhir aku bertemu denganmu. Masih kuingat segala yang terjadi tentagmu, tentangku. Tentang kita, pada hari itu. Kau, dengan baju ungumu sedang duduk sambil memegang buku ‘Lukisan KeabadianKahlil Gibran. Mimikmu terlihat biasa saja, tapi aku yakin syaraf-syaraf di kepalamu sedang dibelit tali-tali yang membuat darahmu mengalir tak lancar hingga jantungmu berdegup tidak sempurna.

Lalu, tak lama setelah itu, aku melihat seorang Bapak Tua mengetuk palu tiga kali. Dan setelah itu aku tak tahu lagi apa yang terjadi, kurasakan tubuhku jatuh, dan seketika itu aku melayang entah kemana.

Dan sampai hari ini, hanya secuil yang bisa kusimpulkan tentangmu. Selama ini aku hidup dalam kehampaan. Kosong. Aku berjalan tanpa tahu arah dan tujuan, aku hidup bukan dengan diriku sendiri. Aku tertawa dengan diriku yang palsu, tapi aku tahu, aku sesungguhnya tumbuh menjadi sangat kuat. Karena salah satu yang kutahu tentangmu, kau begitu kuat. Dan itu yang kau wariskan untuk anakmu ini, Ma.

Kukirimkan surat ini untukmu, melalui angin yang berhembus di seluruh penjuru planet ini. Kutitipkan padanya sebuah kompas berbentuk hati yang sewaktu-waktu akan berguna untuk menemukanmu. Aku juga telah sampaikan pada bulir hujan yang berkejaran dengan air mataku untuk sampaikan salam rinduku padamu. Kuharap kau akan membalas ini.

Untuk wanita yang selalu kurindu
Dara beliamu
Tiara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar