Rabu, 12 Juni 2013

(Bukan) Senyum Penabur Damai



 (Bukan) Senyum Penabur Damai

Kala itu, aku tahu satu hal
Selangkah lagi, aku denganmu. Bukan lagi khayal!

Bola mataku yang selalu beredar mencari sosokmu
Pikirku yang selalu menerawang keberadaanmu
Tanganku yang tak pernah henti berusaha menggapaimu
Hatiku yang tak pernah damai bersamamu

Rasa ini menyiksa! Sangat ironis!
Menggerogoti seluruh waktuku, nyaris!

Tahukah, ini bermula sejak lama
Ketika kau tersenyum di sudut sana
Saat beralih fokus Sang Lensa
Dan, aku, diam-diam menyorotmu seperti pelita

Ada sebentuk yang menyusup
Hatiku terketuk-terbuka-dan tak akan menutup

Mungkin kagum, tapi telah menjelma
Mungkin sayang, tapi terus berbiak menjadi rasa
Cinta yang mencekam setiap saatnya
Merenggut hidupku dari hampa

Kau tahu? Aku sedang mencinta!
Kau tahu? Kau yang kucinta!

Aku berani mengepakkan sayap
Aku berani menata sebuah harap
Aku berani mengalirkan rindu, namun tak kuucap
Aku yakin kau menyimpan rasa, tapi tak terungkap

Namun, jarak memisah. Harapku meluruh!
Gemintangku pun runtuh.

Kucoba tepis segala angan tentangmu
Penuh usaha kuredam decak-decak dalam kalbu
Sekuat tenaga kuhempas bayangmu
Setengah mati kuabaikan rasaku

Dan, kau hadir, lagi!
Membuat segalanya sia-sia. Aku mencinta, lagi.


Untuk Si Empu senyum itu
Aku, yang selalu ingat bagaimana caramu melukisnya
Tiara

4 komentar:

  1. galau galau galau mode on nih :D
    puisinya mengiris banget..
    nelangsa :D

    cakep tapi ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi engga galau lagi, mbak vey! :D :D Tuh, di akhir dia dateng lagi! :D :D

      Hapus
  2. sometimes you must told him. :)

    BalasHapus