(Bukan) Senyum Penabur Damai
Kala itu, aku
tahu satu hal
Selangkah lagi,
aku denganmu. Bukan lagi khayal!
Bola
mataku yang selalu beredar mencari sosokmu
Pikirku
yang selalu menerawang keberadaanmu
Tanganku
yang tak pernah henti berusaha menggapaimu
Hatiku
yang tak pernah damai bersamamu
Rasa
ini menyiksa! Sangat ironis!
Menggerogoti
seluruh waktuku, nyaris!
Tahukah,
ini bermula sejak lama
Ketika
kau tersenyum di sudut sana
Saat
beralih fokus Sang Lensa
Dan,
aku, diam-diam menyorotmu seperti pelita
Ada
sebentuk yang menyusup
Hatiku
terketuk-terbuka-dan tak akan menutup
Mungkin
kagum, tapi telah menjelma
Mungkin
sayang, tapi terus berbiak menjadi rasa
Cinta
yang mencekam setiap saatnya
Merenggut
hidupku dari hampa
Kau
tahu? Aku sedang mencinta!
Kau
tahu? Kau yang kucinta!
Aku
berani mengepakkan sayap
Aku
berani menata sebuah harap
Aku
berani mengalirkan rindu, namun tak kuucap
Aku
yakin kau menyimpan rasa, tapi tak terungkap
Namun,
jarak memisah. Harapku meluruh!
Gemintangku
pun runtuh.
Kucoba
tepis segala angan tentangmu
Penuh
usaha kuredam decak-decak dalam kalbu
Sekuat
tenaga kuhempas bayangmu
Setengah
mati kuabaikan rasaku
Dan,
kau hadir, lagi!
Membuat
segalanya sia-sia. Aku mencinta, lagi.
Untuk Si Empu senyum itu
Aku, yang selalu ingat bagaimana caramu melukisnya
Tiara
galau galau galau mode on nih :D
BalasHapuspuisinya mengiris banget..
nelangsa :D
cakep tapi ^_^
Tapi engga galau lagi, mbak vey! :D :D Tuh, di akhir dia dateng lagi! :D :D
Hapussometimes you must told him. :)
BalasHapusPASTI! :) Makasih kak. :)
Hapus