Malam tadi,
aku tertidur sangat lelap. Rembulan bersenandung merdu mengantarkanku hanyut
dalam pelukan malam. Ingin yang menyelinap dalam kalbu membuatku tak lelah
meringkuk dalam selimut hangatku. Walau sebenarnya aku sedikit kecewa karena
gemintang yang biasanya kutitipi salam untuk orang yang kukasih tak muncul.
Tapi setidaknya bebuliran dari langit dapat kutitipi pesan cinta untuk yang
kurindu.
Lalu, beberapa
saat yang lalu, mentari pagi menyaksikan cairan yang tak mampu lagi dibendung
pelupukku jatuh begitu saja. Aku begitu terlena dengan malam hingga tak sadar
bahwa dalam gelapnya, ia mendekapmu, lalu hujan itu membawamu turut serta.
Pasukan Hujan sepertinya ditugaskan oleh Dewa Langit untuk membawamu pergi dari
kejamnya dunia. Tapi apakah dia juga berwenang membawamu pergi dari hidupku?
Aku memang tak
boleh menyalahkan bulir itu sebagai ari semua ini. Bukan juga pada Pertikaian
Dewa Langit dan Malam yang membuatmu terbang begitu saja. Mungkin karena Tuhan
yang benar-benar menginginkannya. Tidak menginginkanku untuk jauh darimu, tapi
menginginkanmu untuk menjadi temannya di surga. Mungkin juga karena nirwana
yang memang menantimu.
“Tiara, Farel,
ini rumah sakit. Jangan ribut!” tegurmu waktu itu, kala aku dan cucumu itu
bermain-main di rumah sakit, membuat gaduh lantai tiga.
“Setop, deh.
Kita nyanyi-nyanyi, kamu main gitar.” Aku mencari jalan menuju kesenangan lain.
“Jangan disini
juga, nyanyi di taman belakang!” kau menyergah kami yang mulai beraksi
cepat-cepat.
“Di taman kita
lari-larian aja, ayo!” ide gila terus saja mencuat dari pikiranku.
“Tiara, kamu
bukannya baru bisa jalan. Udah lari-larian aja.” Lagi-lagi kau menyela, membuat
rencanaku tak berlangsung dengan baik.
“Ini deh, beli
es krim, Farel.”
“Jangan, nanti
flu. Ini pancaroba.” Dan kau yang seperti ini membuatku semakin kesal. Kutahu
kau juga kesal dengan hal-hal gila yang kurencanakan, namun sama sekali tak
kulihat emosi dalam raut wajahmu. Hanya cinta kasih yang terpampang jelas serta
khawatir kami akan terluka.
Segala sesuatu yang ada di hidupmu, akan sangat berarti, mungkin hari
ini atau besok.
Untuk Oma yang terbang dengan sayap indahnya
Dan Farel yang membawamu padaku
Dariku, yang selalu rindu akan belai kasihmu
Tiara
dan akan selalu meninggalkan kenangan yang idah di hati yg ditinggalkan
BalasHapus