Minggu, 09 Juni 2013

Nirwana Menantimu


            Malam tadi, aku tertidur sangat lelap. Rembulan bersenandung merdu mengantarkanku hanyut dalam pelukan malam. Ingin yang menyelinap dalam kalbu membuatku tak lelah meringkuk dalam selimut hangatku. Walau sebenarnya aku sedikit kecewa karena gemintang yang biasanya kutitipi salam untuk orang yang kukasih tak muncul. Tapi setidaknya bebuliran dari langit dapat kutitipi pesan cinta untuk yang kurindu.

            Lalu, beberapa saat yang lalu, mentari pagi menyaksikan cairan yang tak mampu lagi dibendung pelupukku jatuh begitu saja. Aku begitu terlena dengan malam hingga tak sadar bahwa dalam gelapnya, ia mendekapmu, lalu hujan itu membawamu turut serta. Pasukan Hujan sepertinya ditugaskan oleh Dewa Langit untuk membawamu pergi dari kejamnya dunia. Tapi apakah dia juga berwenang membawamu pergi dari hidupku?

            Aku memang tak boleh menyalahkan bulir itu sebagai ari semua ini. Bukan juga pada Pertikaian Dewa Langit dan Malam yang membuatmu terbang begitu saja. Mungkin karena Tuhan yang benar-benar menginginkannya. Tidak menginginkanku untuk jauh darimu, tapi menginginkanmu untuk menjadi temannya di surga. Mungkin juga karena nirwana yang memang menantimu.

            “Tiara, Farel, ini rumah sakit. Jangan ribut!” tegurmu waktu itu, kala aku dan cucumu itu bermain-main di rumah sakit, membuat gaduh lantai tiga.

            “Setop, deh. Kita nyanyi-nyanyi, kamu main gitar.” Aku mencari jalan menuju kesenangan lain.

            “Jangan disini juga, nyanyi di taman belakang!” kau menyergah kami yang mulai beraksi cepat-cepat.

            “Di taman kita lari-larian aja, ayo!” ide gila terus saja mencuat dari pikiranku.

            “Tiara, kamu bukannya baru bisa jalan. Udah lari-larian aja.” Lagi-lagi kau menyela, membuat rencanaku tak berlangsung dengan baik.

            “Ini deh, beli es krim, Farel.”

            “Jangan, nanti flu. Ini pancaroba.” Dan kau yang seperti ini membuatku semakin kesal. Kutahu kau juga kesal dengan hal-hal gila yang kurencanakan, namun sama sekali tak kulihat emosi dalam raut wajahmu. Hanya cinta kasih yang terpampang jelas serta khawatir kami akan terluka.


Segala sesuatu yang ada di hidupmu, akan sangat berarti, mungkin hari ini atau besok.

Untuk Oma yang terbang dengan sayap indahnya
Dan Farel yang membawamu padaku
Dariku, yang selalu rindu akan belai kasihmu
Tiara

1 komentar:

  1. dan akan selalu meninggalkan kenangan yang idah di hati yg ditinggalkan

    BalasHapus